KRITIK dan ESAI SASTRA "Kumpulan 7 Puisi M.Shoim Anwar"
M. Shoim Anwar
DI BANDARA
INTERNASIONAL ABU DHABI
di
bandara internasional abu dhabi
di
bawah atap replika daun-daun kurma
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
sambil mengunyah coklat yang manis
dirasa
menuding perhiasan emas permata
dibayar dengan komisi dari pihak
ketiga
sebagai pelicin membuka usaha
di bandara
internasional abu dhabi
kau kenakan
surban putih bersih
kacamata gelap
pelindung matahari
lalu ganti
stelan jas hitam berdasi
atau jins belel
berlubang-lubang kayak ditembak kompeni
di bandara internasional
abu dhabi
saat buka seluler kau tersenyum sendiri:
temanmu
pura-pura sakit jantung dan merintih
saat
mau diperiksa komisi antikorupsi
lari
ke rumah sakit bertarif mahal sekali
minta
diselimuti kain putih empuk begini
diinfus agar kayak orang mau mati
membayar
pengacara bicara tak henti-henti
dan
minta cepat pulang saat dibebaskan nanti
di
bandara internasional abu dhabi
sambil
buka video kau manggut-anggut dengan
pasti
seperti
sapi menyeret gerobak pedati
teman-temanmu ngotot seperti tak punya hati
ingin
membubarkan komisi antikorupsi
cari
seribu alasan untuk menembak mati
menganggap
rakyat tak ngerti kalau dibodohi
sejatinya
mereka takut diborgol masuk bui
di uni emirat ini kau datang tanpa penghalang
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
mengolor waktu tak hendak pulang lagi
dengan pasti menanti putusan bebas murni
kerna pengadilan begitu murah untuk dibeli
Abu Dhabi-Surabaya, 2017
Kritikan puisi diatas:
Puisi Di bandara internasional Abu Dhabi karya M. Shoim Anwar ini sangat bagus, banyak sekali penggambaran makna
yang tersembunyi pada setiap baris maupun bait pada puisi tersebut, misalnya
saja pada bait pertama “Dibayar
dengan komisi dari pihak ketiga, sebagai pelicin membuka usaha” yang
merupakan gambaran mengenai seseorang yang sedang melakukan transaksi ilegal.
Pada bagian ini menurut saya, pusi M. Shoim Anwar merupakan puisi yang bergenre
satirik atau “Sindiran” terlebih menganai para koruptor, tentang bagaimana
hidup seorang penguasa, serta tentang ketidakadilan hukum negara. Banyak sekali
ungkapan yang tersirat dalam puisi ini,
pada bait keempat misalnya, “Menganggap rakyat tak ngerti kalau dibodohi, sejatinya mereka takut diborgol masuk bui” secara tidak langsung makna yang terkandung pada sepenggal baris/larik
ini menggambarkan bahwa dalam permainannya, para koruptor ini takut masuk
penjara (bui) dan mempermainkan
rakyat kecil yang mudah dikelabuhi untuk dijadikan alasan konyol tidak masuk
akal. Namun, pada
segi penulisan, puisi M. Shoim Anwar lebih menguatamakan penggunaan rima yang
sama a-b-a-b. Dan sering menggunakan perumpamaan yang menurut saya sangat
indah, misalnya “abayamu melindung sempurna hingga
mencium tanah,” “Seperti sapi menyeret gerobak pedati,” “berdalih
ziarahi bumi nabi-nabi” dan masih banyak lagi.
Antara babad dan baureno
Kucari jejakmu di celah pasir yang mengalir
Wewangian telah berkabar bersama malaikat subuh
Tapi hasratku terkunci di dahan kasturi
Langkahmu kueja seperti alifbata
Meski lidahku kelu memeram rindu.....
Kritikan puisi diatas:
Puisi Antara Babad dan Baureno karya M. Shoim
Anwar ini menggambarkan luapan rasa kerinduan mendalam yang sedang dirasakan si
aku dalam puisi ini. Puisi ini secara singkat tergolong puisi bergenre romantis (romance). Puisi romance merupakan jenis puisi yang isinya tentang luapan batin
penyair (sesoang) terhadap sang
pujaan, kekasih. Pada puisi ini ungkapan rasa rindu yang terjadi “Antara Babad dan Baureno” pada baris pertama yang merupakan penggambaran jarak yang
terjadi antar keduanya dan dilambangkan dengan kata Babad dan Baureno. Kata
Babad sendiri bisa saja merujuk pada daerah Lamongan yang identik dengan soto
babad, dan kata Baureno sendiri adalah nama sebuah kecamatan yang ada di daerah Bojonegoro. Kemudaian, luapan
batin si Aku dalam puisi ini tergambar jelas pada baris kedua dan kelima “kucari jejakmu di celah pasir yang
mengalir” “langkahmu kueja seperti alifbata” perumpamaan makna pada baris kedua dan kelima ini diibaratkan merujuk
pada perasaan rindu si Aku yang tidak kunjung ketemu dengan kekasih hatinya.
Penggunaan gaya bahasa pada puisi karya M.Shoim Anwar ini sangat kaya,
pemanfaatan kekayaan bahasa atau pemakaian ragam bahasa tertentu pada puisi ini
menimbulkan efek-efek tertentu yang membuat puisi semakin hidup dan sangat
bermakna, meskipun puisi ini tergolong singkat.
Saat kedung adem mengeringkan rumpun bambumu
Telaga telah mengaga dahaga
Kukayuh pedal mencari sisa hujan
Di celah senyum yang tak jua rekah
Bekisarmu tak lagi berkokok
Sangkar di teras telah lama menunggu
Dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk
Telaga-telaga meluapkan asmaranya
Rumpun merimbun bersama rebung
Bekisar di teras rumahmu melagu merdu
KEDUNG ADEM
Saat kedung adem mengeringkan rumpun bambumu
Telaga telah mengaga dahaga
Kukayuh pedal mencari sisa hujan
Di celah senyum yang tak jua rekah
Bekisarmu tak lagi berkokok
Sangkar di teras telah lama menunggu
Dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk
Telaga-telaga meluapkan asmaranya
Rumpun merimbun bersama rebung
Bekisar di teras rumahmu melagu merdu
Tapi aku takut mengayuh pedal kembali
Luapan itu bisa melelapkanku di dasar kali
Luapan itu bisa melelapkanku di dasar kali
Adakah kau masih menyimpan janji ....
Kritikan puisi diatas:
Puisi Kedung Adem karya M. Shoim Anwar ini menggambarkan suasana kampung halaman atau keadaan dimana si Aku sedang mengenang suasana tersebut. Judul pada puisi ini merupakan gambaran tempat kelahiran si Aku, yaitu nama sebuah desa di daerah Bojonegoro, atau dalam KBBI arti “kedung” merupakan sebuah tempat paling dasar atau nama lain dari lubuk, dan “Adem” dalam bahasa Jawa berarti dingin. Secara keseluruhan mungkin yang dimaksud dengan “Kedung Adem” yaitu sebuah nama tempat yang ada di desa Bojonegoro yang masih bisa untuk dikenang dan tersiman di lubuk yang paling dasar/dalam. Namun, pada puisi ini tempat tersebut digambarkan dengan suasana kekeringan. Hal ini dapat dilihat pada baris kedua dan ketiga “telaga telah mengaga dahaga” dan “kukayuh pedal mencari sisa hujan”. Namun, kekeringan tidak terus-menerus terjadi di tempat tersebut. Pada baris selanjutnya digambarkan setelah sekian lama menunggu, hujan kembali turun yang terdapat pada penggalan berikut :
dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk
telaga-telaga meluapkan asmaranya
rumpun merimbun bersama rebung
bekisar di teras rumahmu melagu merdu
Sebenarnya, puisi karya M.Shoim Anwar ini secara tidak langsung juga ditujukan menganai gambaran hati si Aku yang telah menunggu sekian lama untuk sekedar menagih janji kepada seseorang, dan hal tersebut diibaratkan seperti musim kemarau yang menunggu musim hujan tiba. Puisi ini sangat mendalam, namun perumpamaan makna dengan pemakaian kata/kalimat dalam puisi ini masih sulit untuk diketahui, Misalnya untuk mengetahui keseluruahan isi puisi ini pembaca harus mencari tahu dulu istilah kedung adem yang sebenarnya bisa diganti dengan kata lain.
KE KAWAH PUTIH
Kujilati punuk-punuk Soreang
Sawah-sawah berpetak di kaki gunung
Rumah-rumah di jauh sana
Seperti masa depan yang tenang dan sunyi
Petani dan kerbau masih mencumbu nasib
Melawan gedung-gedung yang tak kuasa ditampik
Ke terminal Cipede kuangankan
Bersama para pindang dalam angkot yang pengap
Kawah Putih yang jauh
Sejauh langkah penyair yang terus menggarap sajak-sajaknya
Telah kau sisihkan sekolah pertanianmu
Sebab tanah moyangmu terus mengerut
Jadi semburat tumpukan semen dan batu bata
Seperti nasib kita
Kawah Putih beralih ke investor yang menggelontor
Lalu apa kerja orang-orang kantor?
Bandung, januari 2015
Kritikan puisi diatas:
Puisi Ke Kawah Putih Karya M.Shoim Anwar merupakan puisi yang bergendre sindiran atau jenis puisi sartirik. Pusisi satirik sendiri adalah puisi yang mengandung sindirian atau kritik tetang kepincangan yang terjadi. Puisi seperti ini banyak dijumpai dalam kehidupan ini, puisi jenis ini biasanya digunakan penyair untuk melakukan sindirian terhadap fenomena sosial yang dinilai timpang. Hal tersebut tergambar jelas pada baris paling akhir dalam puisi ini.
“Kawah Putih beralih ke investor yang menggelontor”
“Lalu apa kerja orang-orang kantor?”
Puisi karya M.Shoim Anwar ini secara keseluruan menggambarkan kehidupan dan nasib masyarakat sekitar, khususnya di daerah Jawa Barat. Seringkali ungkapan nama tempat disebutkan secara gamblang oleh penyair seperti: Soreang, Cipede, Kawah Putih yang ketiganya merujuk pada kota Bandung, Jawa Barat. Dalam sindiranya, si Aku pada puisi ini mengungkakan kekesalannya terhadap pembangunan infrasrtuktur yang tidak tepat dan bukan pada porsinya, seperti ungkapan berikut pada bait pertama baris terakhir “Petani dan kerbau masih mencumbu nasib, melawan gedung-gedung yang tak kuasa ditampik” dan pada bait kedua baris ketujuh “jadi semburat tumpukan semen dan batu bata seperti nasib kita”
Penggunaan gaya bahasa dalam puisi ini cenderung menggunakan gaya bahasa metafor dan citraan indra perasa. Misalkan pada baris pertama “kujilati punuk-punuk Soreang” kemudian penggunaan metafor pada kalimat berikut “bersama para pindang dalam angkot yang pengap” dan masih banyak lagi gaya bahasa yang digunakan si penyair pada puisi ini.
JARAK
jarak kadang membuat kita jadi kanak-kanak
bersemangat membeber kisah-kisah baru
terlalu bangga
seakan tak ada yang mendahulu
tawa dan air mata diunggah
menadah simpati pada tiap jengkal terlalui
biarlah
kita memang meniti ke masa lalu
menjadi kanak kembali saat usia merambah
minta disuapi dan dininabobokkan
pada hangat dekapan
pada puting yang tersisa kita gali manja yang terpendam
ada situs waktu yang kita buru
maka pada jarak segala bermakna
juga kau
Bandung, januari 2015
kritikan puisi diatas:
Puisi Jarak arya M. Shoim Anwar menggambarkan kisah masa lalu si Aku yang diungkapkan dengan kata jarak. Perumpamaan kata jarak pada puisi M. Shoim Anwar ini bermakna luas, bisa diartikan sebagai jarak yang memisahkan antara si Aku dengan kekasihnya atau orang di masa lalu yang tergambar pada baris terakhir
“Maka pada jarak segala bermakna, juga kau”
Namun, bisa juga diartikan sebagai jarak pada suatu masa yang sedang dirindukan si Aku yang tergambar pada baris pertama dan beberapa baris setelahnya:
“Jarak kadang membuat kita jadi kanak-kanak,”
“Kita memang meniti ke masa lalu”
“Menjadi kanak kembali saat usia merambah”
“Minta disuapi dan dininabobokkan”
Dari dua makna ini bisa disimpulkan si Aku dalam puisi ini sedang merindukan seseorang dimasa lalu yang dengan sengaja diungkapkan melalui selang waktu yang teramat panjang. Kemudian, kecenderungan penyair menggungkapkan perasaannya melalui gaya bahasa yang kaya ini, secara tidak langsung mengajak pembaca untuk menerka-nerka sendiri arti jarak yang terdapat pada puisi ini. Terlebih lagi, penggunan metafor dan berbagai pilihan diksi yang membuat puisi ini menjadi lebih utuh, bermakna dan hidup sekalipun puisi ini tergolong singkat karena hanya terdiri dari 15 baris.
Semoga bermanfaat
BalasHapus