KRITIK SASTRA "Cerpen Tahi Lalat karya M.Shoim Anwar"
TAHI LALAT
Ada tahi lalat di dada istri Pak Lurah. Itu kabar yang
tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah. Lembut tapi pasti.
Mungkin orang-orang masih sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. Mereka
menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga
pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang
sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan
menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada
sendiri, sebagai pertanda telah mengerti.
“Awas, ini rahasia. Jangan bilang
siapa-siapa!” kata Bakrul memulai pembicaraan sambil mendekatkan telunjuknya ke
mulut.
“Di sebelah mana?” aku mengorek.
“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab
Bakrul.
“Besar?”
“Katanya sebesar biji randu.”
ilustrasi-cerpen-koran-media-indonesia-minggu-19-februari-2017-karya-pata-areadi.
Mungkin karena keberadaannya sudah lebih jelas, akhirnya orang-orang saling
memberi kode ketika berpapasan. Bila mereka sedang bergerombol, dan salah satu
sudah memberi kode, yang lain mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengerti.
Bagi yang kurang yakin, pertanyaan akan langsung diteriakkan saat aku lewat.
Karena tak ingin diteriaki terus, aku
mengacungkan jempol. Teriakan itu memicu yang lain untuk keluar rumah, lalu
menuju pinggir jalan tempat aku lewat. Sebenarnya aku tak enak juga mendengar
ejekan terhadap lurahku, meski waktu pemilihan aku tidak mencoblosnya. Maka,
sebelum mereka berteriak, aku mengacungkan jempol terlebih dulu. Tapi karena
niatnya mungkin mengejek, teriakan mereka pun bertambah santer.
Suara truk pengangkut material untuk
pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah.
Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah.
Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak
Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang
perumahan itu.
“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan
istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan
istri. “Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak. “Bos proyek itu sering
datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”
Bulan depan adalah masa pendaftaran calon
lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk
periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang
dulu ternyata palsu.
Kritikan Cerpen diatas:
Karya sastra yang tergolong kedalam prosa
yaitu Cerpen. Cerpen yang saya kritik disini yaitu Cerpen yang berjudul Tahi
Lalat Di Dada Istri Pak Lurah Karya M. Shoim Anwar. Cerpen tersebut mengangkat
judul Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah, tetapi dalam cerpen tersebut
pengarang lebih mengarahkan ceritanya tentang masa kepemimpinan Pak Lurah dalam
menjabat sebagai Lurah di desanya. Sedangkan hanya beberapa cuplikan atau
kutipan yang menyangkut tentang kabar berita tahi lalat di dada istri Pak
Lurah.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam
cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini adalah sebagai berikut:
1. Penokohan
Tokoh sederhana dalam cerpen Tahi Lalat di
Dada Istri Pak Lurah yaitu istri pak lurah,bakrul,pak Bayan,Laela dan para
warga karena mereka tidak menunjukkan adanya perkembangan watak dan hanya
memliki satu sifat yang tetap.
Karakter Aku dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada
Istri Pak Lurah ini adalah seseorang yang rasa ingin tahunya banyak tentang
isttri pak lurah dan juga orang yang paham dengan politik desanya, karakter Pak
Lurah digambarkan dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah adalah
seorang pemimpin yang tak patut untuk dicontoh sebagai pemimpin desa karena
tidak memperdulikan warganya dengan baik dan juga apa yang sudah dijanjikan
olehnya tempo hari waktu kampanye juga tidak ditepati dan ada juga karakter
pendukung seperti istri dari tokoh aku dan juga anak dari tokoh aku yang
bernama Laela.
2. Alur
a. Alur maju (konvensional progresif) adalah
teknik pengaluran dimana jalan peristiwa dimulai dari melukiskan keadaan hingga
penyelesaian.
b. Alur mundur (Flash back, sorot balik,
regresif), adalah teknik pengaluran dan menetapkan peristiwa dimulai dari
penyelesaian kemudian ke titik puncak sampai melukiskan keadaan.
c Alur tarik balik (back tracking),
yaitu teknik pengaluran dimana jalan cerita peristiwanya tetap maju, hanya pada
tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
3. Latar
Latar dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri
Pak Lurah ini di desa.
4.Amanan/pesan
Amanat yang ingin disampaikan oleh
penulis dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurahini adalah jadilah
pemimpin yang bisa mengayomi warganya dengan baik, bukan malah menjadi orang
yang bisanya mengancam warganya, dan tepati janji mu karna janji adalah hutang.
Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah
karya M. Shoim Anwar merupakan hasil karya sastra yang menggambarkan realitas
kehidupan seorang Lurah dengan warga desanya. Shoim Anwar sebagai pengarang
cerpen ini menggugah pembaca dengan menyajikan kehidupan seorang Lurah yang
menyalah gunakan jabatannya itu untuk memperdaya masyarakat sekitar da membuat
warganya menjadi sengsara.
Perhatikan kutipan berikut:
“Di sebelah mana tahi lalatnya?” aku mencoba
mengorek kejelasan.
“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab
Bakrul.
“Katanya sebesar biji randu.”
“Ooo…,” aku manggut-manggut.
Bagi yang kurang yakin, pertanyaan yang
dilontarkan pun langsung diteriakkan saat aku lewat di wilayah mereka.
“Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya
ya?” pertanyaan di teriakkan salah seorang warga. Kali ini aku mencoba menahan
diri, tanpa memberi jawaban atau kode.
“Di sebelah kiri ya?” teriakkan itu di
lanjutkan.
“Sebesar biji randu ya?”
Pada kutipan di atas, dalam kehidupan
bermasyarakat memang terkadang ada orang yang suka mencari kekurangan dari
orang lain. Dari berita yang kurang baik apalagi dari orang-orang ternama yang
ada di desa tersebut pastinya akan menjadi bahan pembicaraan yang sangat
menarik untuk dibicarakan. Berita yang belum tentu ada benarnya itu akan cepat
menyebar dari mulut ke telinga orang-orang di sekitarnya tanpa pandang bulu.
Seperti itulah realita kehidupan masa kini yang sering mencari-cari kekurangan
dari orang lain.
Perhatikan kutipan berikut:
“Suara truk pengangkut material untuk
pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah.
Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah.
Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak
Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang
perumahan itu.”
Pada kutipan di atas, sejak dibangunnya
perumahan di desa tersebut, banyak warga yang tersiksa oleh proyek pembangunan
itu. Bukan hanya jalan yang semakin rusak, tetapi juga debu-debu berterbangan
kemana pun dan membuat sesak di dada. Pejabat desa pun enggan untuk peduli
kepada nasib warganya yang semakin mengenaskan itu. Justru para pejabat desa
sudah tidak memperdulikan warganya, dan lebih mementingkan proyeknya itu
berjalan dengan lancar. Pejabat desa itu lebih mementingkan pemilik
pengembangan perumahan saja.
Perhatikan kutipan berikut:
“Bulan depan adalah masa pendaftaran calon
lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk
periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang
dulu ternyata palsu.”
Pada kutipan di atas, dalam dunia politik
memang seperti itu adanya, janji-janji yang disampaikan waktu pemilihan tidak
akan pernah ditepati, mungkin karena sudah menjadi orang yang terpilih dan
hidupnya sudah enak lantas melupakan janji-janjinya kepada warganya. Jadilah
seorang pemimpin yang bertanggung jawab, yang menepati janjinya kepada warga,
bukan hanya omong kosong belaka yang ada.
Komentar
Posting Komentar